Selasa, 24 Agustus 2010

Dituduh Berilmu Santet

Pasangan suami istri H Mas (60) dan Hj Mai (55), warga Dusun Pokaan Karang Malang, Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, dituntut dan dipaksa keluar dari desanya.

Pasutri yang belum lama berkumpul bersama anaknya itu dituduh memilik ilmu santet oleh warga Desa Gebangan dan Pokaan. Warga menuduh kematian putra Sundiana dan Abdul Hadi yang bernama Herik Wijayah (20) akibat disantet tertuduh.

Untuk menghindari terjadinya amuk warga, akhirnya kedua pasutri yang menuduh dan yang dituduh, dipertemukan di Balai Desa Pokaan oleh kepala desa dengan dihadiri seluruh pejabat Muspika Kapongan.

Pertemuan yang dipimpin Kapolsek Kapongan AKP Muhammad Bakri, Selasa (3/8/2010) berlangsung alot karena warga menuntut pihak tertuduh supaya melakukan sumpah pocong atau diusir dari Desa Pokaaan.

“Masyarakat Pokaan dan Gebangan ini sudah resah. Jika memang tidak punya ilmu itu, agar sumpah pocong saja,” ujar Suliyati (41), warga Desa Pokaan.

Kapolsek Muhammad Bakri sempat menimbau agar masyararakat tidak mudah menghakimi sesuatu, apalagi sekarang hampir memasuki bulan Ramadan. “Kalau mau dibuktikan dengan sumpah pocong, ya silakan, kami serahkan kepada yang menuduh dan tertuduh,” jelas Muhammad Bakri.

Menanggapi tuduhan warga itu, H Mas mengaku tidak terima dan karena itu siap membuktikan dengan melakukan sumpah pocong yang disiarkan secara keliling desa agar masyarakat puas. “Saya mau disumpah pocong, karena saya memang tidak punya ilmu yang dituduhkan itu,” tegas H Mas.

Namun, tuntutan sumpah Pocong itu justru ditolak oleh Muhri, orang yang dianggap tokoh masyarakat desa. Alasannya, sumpah pocong akan semakin meresahkan masyarakat.

“Saya tidak setuju disumpah pocong, akan tetapi lebih baik mereka ini diusir atau keluar dari desa ini,” kata Muhri yang diikuti terikan setuju oleh puluhan orang.

Selama ini, warga merasa resah karena mengaku sering mendengar H Mas memutar video porno dengan menggunakan pengeras suara. “Warga sempat marah dan akan merusak rumahnya. Untung, saya berhasil meredam kemarahan warga itu,” terang tokoh masyarakat desa ini.